DI ATAS LANGIT ADA LANGIT
4/10/15
10/9/14
Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira
Dyah R Martiningrum
Tidak mudah memulai tulisan ini.....rasa yang bercampur saat mengingat bagaimana awalnya, hingga saat ini saya bisa berada di sini, di salah satu universitas tua di Jepang, Universitas Kyoto. Universitas tertua di Jepang berdiri tahun 1858 (Keio University), sementara Kyoto University berdiri tahun 1897.
Membuka kembali putaran masa yang telah lewat....
Di tengah kesibukan menyiapkan workshop internasional di bulan Maret 2013, ada kabar bahwa RISTEK menawarkan kembali beasiswa untuk sekolah ke luar negeri dengan skema baru. Sebenarnya antara tertarik dan nggak pede karena merasa usia produktif saya untuk belajar sudah lewat. Hanya saja typical saya yang selalu penasaran dan seperti dapat tantangan dengan hal-hal baru, sampai rumah sempat diobrolin sama suami dan beliaunya sebenarnya nggak masalah kalau saya ingin lanjut sekolah. Hanya secara implisit sebenarnya lebih senang kalau saya sekolah di ITB lagi saja yang dekat. Hmmm... masih penasaran, apalagi kebayang serunya kalau bisa punya aktivitas yang berbeda dari rutinitas selama ini sekaligus memberi motivasi ke anak-anak bagaimana memperjuangkan mimpi.
Nggak terlalu lama setelah pulang dari magang riset di Jepang, tiba-tiba muncul ide untuk kontak Prof. dimana saya magang. Sekitar awal desember 2012 (kayaknya tanggal 5), saya coba kontak beliau untuk menanyakan kemungkinan bisa sekolah di sana dan ternyata nggak dijawab saudara-saudara...Ya sudah nggak papa. Mungkin beliaunya sibuk (dan ternyata memang beliaunya sdg disibukkan dgn satu proyek). Kembali ke kesibukan menyiapkan workshop.... sampai benar-benar datanglah tawaran beasiswa itu dan melihat syarat-syaratnya dada rasanya makin berdegup karena ternyata masih ada peluang buat saya mencobanya.
Ingat sekali hari itu, dua hari sesudah acara workshop internasional yang alhamdulillah berjalan lancar (28 Maret 2013), saya sebagai koordinator dapat email dari Prof. di Jepang, ucapan terima kasih kepada panitia karena sudah menyiapkan acara itu....
Sambil baca email, iseng coba kontak seorang Prof yang bertemu dalam suatu acara symposium di Bath, UK tahun sebelumnya, dan coba menyampaikan keinginan untuk sekolah di Bath dan minta beliau sebagai pembimbing. Dan jawabannya sungguh sangat membesarkan hati. "The first thing to do is to make a formal application online. Then if you are offered a place we can send the letter. We may be able to provide you some help with fees - so apply online and put my name as supervisor ..."....(ngelamun dulu ah :-))...
Akhirnya mengurungkan niat daftar ke Bath dengan berbagai pertimbangan saat itu. Dasar rasa penasarannya tingkat tinggi, nyari2 lagi peluang bidang penelitian yang serupa dengan yang saya lakukan, tapi di Australia. Dan lagi-lagi jawabannya di luar dugaan. Tanpa tanya hal-hal detil di luar ketertarikan saya ke apa yang sedang beliau kerjakan, seorang Prof menjawab "Yes, I will be glad to have you as a PhD student in my team here...". Serasa mimpi, secara diri merasa termasuk orang yang sangat tidak pede-an. Makanya yang ini juga disimpan dulu. Karena yang di Inggris prosedurnya online dan memerlukan rekomendasi dari senior, maka saya mencoba kontak peneliti senior di kantor yang menurut saya adalah orang yang pas untuk diminta rekomendasinya. Dan dengan nggak sopannya ternyata secara nggak sengaja saya mengganggu acara liburan keluarga beliau. Maaf ya Pak, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak.
Sekitar 5 April 2013 dapat kabar bahwa RISTEK hanya mengakomodasi tujuan sekolah ke Jerman dan Jepang, makanya hari itu juga coba kontak lagi ke Prof yang di Jepang. Balasan beliau saya terima tanggal 11 April. Ternyata ada sedikit salah paham. Beliau mengira saya ingin ke Jepang lagi untuk magang, makanya beliau pikir nggak usah buru2 toh waktunya bisa fleksibel. Setelah tahu bahwa saya hanya ada sedikit waktu lagi, hari itu beliau seharian komunikasi via email untuk menanyakan beberapa hal dari latar belakang pendidikan, apa yang sedang saya lakukan sekarang, sampai ke apa yang ingin saya lakukan kalau saya sekolah lagi di bawah bimbingannya. Beliau sebenarnya ragu karena latar belakang saya sains sementara beliau lebih banyak di teknik, walaupun akhirnya juga bersinggungan dengan saintifik dari alat yang dikuasai beliau yaitu radar. Masih ingat sekali bagaimana beliau mengingatkan kalau saya akan kesulitan di tesnya nanti karena latar belakang saya. Tapi akhirnya saya bisa yakinkan beliau kalau saya ingin coba dulu. Yes... dua hari sebelum deadline proposal, alhamdulillah akhirnya saya dapat LOA dari Prof. Mamoru Yamamoto dari Laboratorium Radio Sains Atmosfer di RISH, Universitas Kyoto. Perjuangan belum berakhir....
Karena Program RISET Pro 2013 adalah generasi pertama, maka beberapa persiapan administratif juga serba diburu-buru. Dari bulan Mei sampai menjelang tes bulan Agustus, waktu seperti berputar lebih cepat. Calon pembimbing mengirimi beberapa dokumen untuk tes dan persiapan administrasi yang harus saya siapkan, sementara syarat administratif di RISTEK juga harus disiapkan seperti TOEFL dll. Ketika semua syarat sudah terpenuhi ternyata ada kabar dari Prof bahwa TOEFL saya yang insititusi nggak bisa di pakai di Jepang, karena syaratnya harus TOEFL iBT (padahal teman2 di Jepang univ. lain nggak perlu seperti itu). Seumur-umur belum pernah tes TOEFL iBT, maka bisa dibayangkan dalam waktu sebulanan saya harus menyiapkan tes TOEFL iBT yang berbeda sekali dengan tes yang pernah saya ikuti. Udah gitu biayanya juga sama dengan gaji pokok sebulan :(. Tapi sekali sudah diniatkan pantang untuk mundur lagi. Kabar nggak enak lainnya adalah RISTEK belum bisa mengeluarkan dana untuk keperluan saya ikut tes ke universitas, jadi saya harus usahakan sendiri biaya perjalanan saya ke Jepang PP dan akomodasi selama 4 hari berada di sana (4-7 Agustus 2013). Kalau diingat lagi sekarang saya nggak tahu bagaimana saya bisa nekat membiayai semuanya itu dengan uang saya sendiri, yang tentu bagi keluarga saya itu bukan uang yang sedikit. Hanya karena Allah saja melalui seorang teman sehingga saya bisa tes juga di Jepang dan balik lagi ke Indonesia di malam takbir Idul Fitri 1434 H. Juga kehendak Allah sehingga Prof mau meluangkan waktu liburnya untuk menyiapkan tes tertulis maupun tes wawancara secara all out, bahkan sampai harus mengulang2 latihan presentasi sampai waktu saya tepat, tidak melebihi waktu yang disediakan. Terima kasih Prof, saya nggak akan lupa bagaimana loyalitas dan tanggungjawab anda terhadap profesi setelah menyanggupi akan membantu saya menuntut ilmu di sini.
Foto di atas adalah foto bersama beliau-beliau yang menginspirasi dan memberi energi positif bagi saya. Meja seberang saya dari kiri, peneliti senior LIPI Prof. Endang Sukara, Kepala LAPAN Prof. T. Djamaluddin, Ass. Prof. DR. Hashiguchi, Direktur RISH, Kyoto University Prof. T. Tsuda, dan pembimbing saya Prof. M. Yamamoto.
Dan kabar gembira itupun datanglah di hari kedua Idul Fitri. No tes saya ada di sana... alhamdulillah saya akan jadi mahasiswa lagi. Antara senang dan nggak percaya. Hasil yang cepat itu otomatis menjadi hal yang harus serius dipersiapkan dalam keluarga. Bismillah saja, coba menjelaskan ke suami dan anak2 berbagai kemungkinan langkah yang akan diambil. Akhirnya diputuskan saya berangkat dulu untuk melihat situasinya dan waktu yang memungkinkan kami bisa berkumpul kembali nantinya.
Keputusan untuk tidak membawa keluarga sekaligus ternyata memang keputusan yang tepat, karena kendala muncul terkait dana beasiswa. Pertama, ternyata semua biaya yang saya gunakan untuk tes dulu tidak akan pernah diganti (padahal sempat dijanjikan akan diganti). Yah anggap saja bukan rezeki.... Kedua, ternyata Living Allowance tidak kunjung cair sampai hampir dua bulan, sehingga saya sempat merasa sangat kesulitan. Alhamdulillah ada teman yang tanpa diminta menawarkan pertolongan. Mungkin mereka sudah hapal dengan karakteristik dari beasiswa dari dalam negeri. Dan alhamdulillah semakin ke sini urusan ini menjadi jauh lebih baik. Overall saya tetap bersyukur kepada Allah dapat kesempatan ini, karena saya yakin ini adalah jawaban akan doa-doa saya, doa-doa kami. Bukan doa agar bisa sekolah saja, tapi doa agar saya dan suami dapat undangan ke Baitullah dari negeri Sakura ini suatu saat. Semoga ini membuka peluang itu. Dan kami harus berusaha keras untuk mewujudkannya, tanpa melupakan bahwa saya dikirim ke sini untuk menuntut ilmu.
Rasa terima kasih dan penghargaan kepada suami dan anak-anak tercinta. Tanpa pertolongan dan pengertian mereka, bisa apa saya ini. Suami yang dipilihkan Allah mendampingi saya meraih mimpi dan cita-cita untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk keluarga dan orang lain dan anak-anak yang manis dan sangat pengertian dengan keterbatasan ibunya. Semoga Allah membalas semuanya. Semoga Allah menjadikan kita manusia yang pandai bersyukur dengan melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan....
Man Jadda wajadda, Man Shabara Zhafira
Barangsiapa bersungguh-sungguh akan berhasil, barang siapa bersabar akan beruntung....
Tidak mudah memulai tulisan ini.....rasa yang bercampur saat mengingat bagaimana awalnya, hingga saat ini saya bisa berada di sini, di salah satu universitas tua di Jepang, Universitas Kyoto. Universitas tertua di Jepang berdiri tahun 1858 (Keio University), sementara Kyoto University berdiri tahun 1897.
Membuka kembali putaran masa yang telah lewat....
Di tengah kesibukan menyiapkan workshop internasional di bulan Maret 2013, ada kabar bahwa RISTEK menawarkan kembali beasiswa untuk sekolah ke luar negeri dengan skema baru. Sebenarnya antara tertarik dan nggak pede karena merasa usia produktif saya untuk belajar sudah lewat. Hanya saja typical saya yang selalu penasaran dan seperti dapat tantangan dengan hal-hal baru, sampai rumah sempat diobrolin sama suami dan beliaunya sebenarnya nggak masalah kalau saya ingin lanjut sekolah. Hanya secara implisit sebenarnya lebih senang kalau saya sekolah di ITB lagi saja yang dekat. Hmmm... masih penasaran, apalagi kebayang serunya kalau bisa punya aktivitas yang berbeda dari rutinitas selama ini sekaligus memberi motivasi ke anak-anak bagaimana memperjuangkan mimpi.
Nggak terlalu lama setelah pulang dari magang riset di Jepang, tiba-tiba muncul ide untuk kontak Prof. dimana saya magang. Sekitar awal desember 2012 (kayaknya tanggal 5), saya coba kontak beliau untuk menanyakan kemungkinan bisa sekolah di sana dan ternyata nggak dijawab saudara-saudara...Ya sudah nggak papa. Mungkin beliaunya sibuk (dan ternyata memang beliaunya sdg disibukkan dgn satu proyek). Kembali ke kesibukan menyiapkan workshop.... sampai benar-benar datanglah tawaran beasiswa itu dan melihat syarat-syaratnya dada rasanya makin berdegup karena ternyata masih ada peluang buat saya mencobanya.
Ingat sekali hari itu, dua hari sesudah acara workshop internasional yang alhamdulillah berjalan lancar (28 Maret 2013), saya sebagai koordinator dapat email dari Prof. di Jepang, ucapan terima kasih kepada panitia karena sudah menyiapkan acara itu....
Sambil baca email, iseng coba kontak seorang Prof yang bertemu dalam suatu acara symposium di Bath, UK tahun sebelumnya, dan coba menyampaikan keinginan untuk sekolah di Bath dan minta beliau sebagai pembimbing. Dan jawabannya sungguh sangat membesarkan hati. "The first thing to do is to make a formal application online. Then if you are offered a place we can send the letter. We may be able to provide you some help with fees - so apply online and put my name as supervisor ..."....(ngelamun dulu ah :-))...
Akhirnya mengurungkan niat daftar ke Bath dengan berbagai pertimbangan saat itu. Dasar rasa penasarannya tingkat tinggi, nyari2 lagi peluang bidang penelitian yang serupa dengan yang saya lakukan, tapi di Australia. Dan lagi-lagi jawabannya di luar dugaan. Tanpa tanya hal-hal detil di luar ketertarikan saya ke apa yang sedang beliau kerjakan, seorang Prof menjawab "Yes, I will be glad to have you as a PhD student in my team here...". Serasa mimpi, secara diri merasa termasuk orang yang sangat tidak pede-an. Makanya yang ini juga disimpan dulu. Karena yang di Inggris prosedurnya online dan memerlukan rekomendasi dari senior, maka saya mencoba kontak peneliti senior di kantor yang menurut saya adalah orang yang pas untuk diminta rekomendasinya. Dan dengan nggak sopannya ternyata secara nggak sengaja saya mengganggu acara liburan keluarga beliau. Maaf ya Pak, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak.
Sekitar 5 April 2013 dapat kabar bahwa RISTEK hanya mengakomodasi tujuan sekolah ke Jerman dan Jepang, makanya hari itu juga coba kontak lagi ke Prof yang di Jepang. Balasan beliau saya terima tanggal 11 April. Ternyata ada sedikit salah paham. Beliau mengira saya ingin ke Jepang lagi untuk magang, makanya beliau pikir nggak usah buru2 toh waktunya bisa fleksibel. Setelah tahu bahwa saya hanya ada sedikit waktu lagi, hari itu beliau seharian komunikasi via email untuk menanyakan beberapa hal dari latar belakang pendidikan, apa yang sedang saya lakukan sekarang, sampai ke apa yang ingin saya lakukan kalau saya sekolah lagi di bawah bimbingannya. Beliau sebenarnya ragu karena latar belakang saya sains sementara beliau lebih banyak di teknik, walaupun akhirnya juga bersinggungan dengan saintifik dari alat yang dikuasai beliau yaitu radar. Masih ingat sekali bagaimana beliau mengingatkan kalau saya akan kesulitan di tesnya nanti karena latar belakang saya. Tapi akhirnya saya bisa yakinkan beliau kalau saya ingin coba dulu. Yes... dua hari sebelum deadline proposal, alhamdulillah akhirnya saya dapat LOA dari Prof. Mamoru Yamamoto dari Laboratorium Radio Sains Atmosfer di RISH, Universitas Kyoto. Perjuangan belum berakhir....
Karena Program RISET Pro 2013 adalah generasi pertama, maka beberapa persiapan administratif juga serba diburu-buru. Dari bulan Mei sampai menjelang tes bulan Agustus, waktu seperti berputar lebih cepat. Calon pembimbing mengirimi beberapa dokumen untuk tes dan persiapan administrasi yang harus saya siapkan, sementara syarat administratif di RISTEK juga harus disiapkan seperti TOEFL dll. Ketika semua syarat sudah terpenuhi ternyata ada kabar dari Prof bahwa TOEFL saya yang insititusi nggak bisa di pakai di Jepang, karena syaratnya harus TOEFL iBT (padahal teman2 di Jepang univ. lain nggak perlu seperti itu). Seumur-umur belum pernah tes TOEFL iBT, maka bisa dibayangkan dalam waktu sebulanan saya harus menyiapkan tes TOEFL iBT yang berbeda sekali dengan tes yang pernah saya ikuti. Udah gitu biayanya juga sama dengan gaji pokok sebulan :(. Tapi sekali sudah diniatkan pantang untuk mundur lagi. Kabar nggak enak lainnya adalah RISTEK belum bisa mengeluarkan dana untuk keperluan saya ikut tes ke universitas, jadi saya harus usahakan sendiri biaya perjalanan saya ke Jepang PP dan akomodasi selama 4 hari berada di sana (4-7 Agustus 2013). Kalau diingat lagi sekarang saya nggak tahu bagaimana saya bisa nekat membiayai semuanya itu dengan uang saya sendiri, yang tentu bagi keluarga saya itu bukan uang yang sedikit. Hanya karena Allah saja melalui seorang teman sehingga saya bisa tes juga di Jepang dan balik lagi ke Indonesia di malam takbir Idul Fitri 1434 H. Juga kehendak Allah sehingga Prof mau meluangkan waktu liburnya untuk menyiapkan tes tertulis maupun tes wawancara secara all out, bahkan sampai harus mengulang2 latihan presentasi sampai waktu saya tepat, tidak melebihi waktu yang disediakan. Terima kasih Prof, saya nggak akan lupa bagaimana loyalitas dan tanggungjawab anda terhadap profesi setelah menyanggupi akan membantu saya menuntut ilmu di sini.
Foto di atas adalah foto bersama beliau-beliau yang menginspirasi dan memberi energi positif bagi saya. Meja seberang saya dari kiri, peneliti senior LIPI Prof. Endang Sukara, Kepala LAPAN Prof. T. Djamaluddin, Ass. Prof. DR. Hashiguchi, Direktur RISH, Kyoto University Prof. T. Tsuda, dan pembimbing saya Prof. M. Yamamoto.
Dan kabar gembira itupun datanglah di hari kedua Idul Fitri. No tes saya ada di sana... alhamdulillah saya akan jadi mahasiswa lagi. Antara senang dan nggak percaya. Hasil yang cepat itu otomatis menjadi hal yang harus serius dipersiapkan dalam keluarga. Bismillah saja, coba menjelaskan ke suami dan anak2 berbagai kemungkinan langkah yang akan diambil. Akhirnya diputuskan saya berangkat dulu untuk melihat situasinya dan waktu yang memungkinkan kami bisa berkumpul kembali nantinya.
Keputusan untuk tidak membawa keluarga sekaligus ternyata memang keputusan yang tepat, karena kendala muncul terkait dana beasiswa. Pertama, ternyata semua biaya yang saya gunakan untuk tes dulu tidak akan pernah diganti (padahal sempat dijanjikan akan diganti). Yah anggap saja bukan rezeki.... Kedua, ternyata Living Allowance tidak kunjung cair sampai hampir dua bulan, sehingga saya sempat merasa sangat kesulitan. Alhamdulillah ada teman yang tanpa diminta menawarkan pertolongan. Mungkin mereka sudah hapal dengan karakteristik dari beasiswa dari dalam negeri. Dan alhamdulillah semakin ke sini urusan ini menjadi jauh lebih baik. Overall saya tetap bersyukur kepada Allah dapat kesempatan ini, karena saya yakin ini adalah jawaban akan doa-doa saya, doa-doa kami. Bukan doa agar bisa sekolah saja, tapi doa agar saya dan suami dapat undangan ke Baitullah dari negeri Sakura ini suatu saat. Semoga ini membuka peluang itu. Dan kami harus berusaha keras untuk mewujudkannya, tanpa melupakan bahwa saya dikirim ke sini untuk menuntut ilmu.
Rasa terima kasih dan penghargaan kepada suami dan anak-anak tercinta. Tanpa pertolongan dan pengertian mereka, bisa apa saya ini. Suami yang dipilihkan Allah mendampingi saya meraih mimpi dan cita-cita untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk keluarga dan orang lain dan anak-anak yang manis dan sangat pengertian dengan keterbatasan ibunya. Semoga Allah membalas semuanya. Semoga Allah menjadikan kita manusia yang pandai bersyukur dengan melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan....
Man Jadda wajadda, Man Shabara Zhafira
Barangsiapa bersungguh-sungguh akan berhasil, barang siapa bersabar akan beruntung....
10/7/14
Alhamdulillah Hutang Terbayar
Dyah R Martiningrum
Ketika saya berangkat ke Jepang sekitar setahun lalu, sebenarnya masih meninggalkan hutang proceeding kegiatan international workshop IWSWI 2013. Workshop kerjasama antara RISH, Kyoto University dan LAPAN untuk ketiga kalinya. Seperti sudah pernah saya bagi sebelumnya di sini, bahwa lepas acara workshop ini masih tersisa beberapa hutang yang harus saya selesaikan salah satunya ya proceeding ini sebagai bentuk dokumentasi kegiatan yang telah berlangsung.
Alhamdulillah dengan bantuan teman2 panitia dan Bapak Ibu struktural, akhirnya dengan koordinasi jarak jauh selesai juga proceeding ini. Semoga bermanfaat untuk para peserta dan terutama untuk perkembangan dan kemajuan kegiatan penelitian cuaca antariksa khususnya di Indonesia.
8/8/14
Reuni 25 Tahun ITB Angkatan 1989
Dyah R Martiningrum
Ingatan-ingatan masa lalu muncul di saat teman-teman seangkatan sedang bersiap untuk reuni sesudah 25 tahun berlalu...
Selamat berreuni teman-teman semua, selamat menyambung silaturahmi, semoga memperpanjang usia dan membawa manfaat untuk sesama...
Terima kasih kepada Freta Oktarina yang sudah mengkompilasi momen-momen Hoist the Flag dari berbagai belahan dunia sehingga menjadi kenangan yang indah untuk disimpan...
Ingatan-ingatan masa lalu muncul di saat teman-teman seangkatan sedang bersiap untuk reuni sesudah 25 tahun berlalu...
Selamat berreuni teman-teman semua, selamat menyambung silaturahmi, semoga memperpanjang usia dan membawa manfaat untuk sesama...
Terima kasih kepada Freta Oktarina yang sudah mengkompilasi momen-momen Hoist the Flag dari berbagai belahan dunia sehingga menjadi kenangan yang indah untuk disimpan...
8/4/14
Idul Fitri 1435 H dan Konferensi AOGS 2014
Dyah R Martiningrum
Bidang Iontelkom LAPAN
Saya ingat ketika saya sedang studi S2 tahun 2003, ada gagasan membuat komunitas sains kebumian di regional Asia dan Oceania. Berikut saya ambil dari pendahuluan di website AOGS :
Asia Oceania Geosciences Society (AOGS) was established in 2003 to promote geosciences and its application for the benefit of humanity, specifically in Asia and Oceania and with an overarching approach to global issues.
Asia- Oceania region is particularly vulnerable to natural hazards, accounting for almost 80% human lives lost globally. AOGS is deeply involved in addressing hazard related issues through improving our understanding of the genesis of hazards through scientific, social and technical approaches.
AOGS holds annual conventions providing a unique opportunity of exchanging scientific knowledge and discussion to address important geo-scientific issues among academia, research institution and public.
Recognizing the need of global collaboration, AOGS has developed good co-operation with other international geo-science societies and unions such as the European Geosciences Union (EGU), American Geophysical Union (AGU), International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG), Japan Geo-science Union (JpGU), and Science Council of Asia (SCA).
Dari penjelasan itu dapat dilihat bahwa cakupan dan pendekatan ilmu kebumian dalam komunitas ini sangatlah luas dari ilmu dasar, aplikasi, sampai ke pendekatan sosial. Konferensi ini juga menjadi salah satu sarana yang baik untuk interaksi antara negara-negara yang sudah maju dalam ilmu kebumian dengan negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut terlihat dari koneksi yang coba dibuat antara AOGS, EGU, AGU, IUGG, dan JpGu.
Acara dimulai Senin, 28 Juli 2014 s.d. 1 Agustus 2014. Hampir 3000 orang menghadiri konferensi ini. Khusus di sesi saya yaitu Coupling Processes in The Mesosphere-Thermosphere-Ionosphere System, terlihat beberapa peneliti yang sudah tidak asing di bidang ini datang dari Jepang, China, Korea, Amerika, Jerman, Taiwan, India, dll. Kali ini saya menampilkan poster tentang studi saya mengenai ketidakteraturan lapisan ionosfer kaitannya dengan sintilasi yang merupakan gangguan penerimaan sinyal satelit.
Kami berangkat ke Sapporo Minggu siang. Hari itu Kyoto sedikit mendung bahkan ketika saya naik kereta dari Ohbaku ke Kyoto, hujan turun lumayan deras sehingga sedikit menyejukkan badan yang masih menjalani shaum. Sebagaimana umumnya masyarakat sini yang merasa aneh dengan shaum ramadhan (mereka menganggap kita sedang menyiksa diri), guru saya juga wanti2 via email agar saya menjaga kondisi kesehatan selama perjalanan dan saya sampaikan ke beliau untuk tidak terlalu khawatir karena kami sudah biasa melakukan ini setiap tahun. Saya pikir inilah saatnya saya jelaskan sedikit tentang agama saya, bahwa ramadhan bukan dimaksudkan untuk menyiksa manusia. Terus ada hal lain lagi yang menarik buat beliau yaitu kenapa penentuan berakhirnya ramadhan berbeda-beda?. Dengan sedikit pemahaman yg saya punya, saya coba jelaskan bahwa hal tersebut sebenarnya hanya karena perbedaan kriteria dan sekarang sedang diusahakan oleh pemerintah dan para ahli untuk membuat hal tersebut menjadi tidak berbeda lagi. Tapi dengan sedikit diskusi itu malah menjadikan beliau ikut sibuk mencarikan masjid di Sapporo.
Satu syawal 1435 H ini selain Idul Fitri kedua saya di Jepang, juga karena sebenarnya adalah hari pertama konferensi AOGS. Alhamdulillah gu ru saya mengijinkan saya untuk sholat Ied setelah saya daftar ulang di acara konferensi. Sayang sekali seorang teman yang saya harapkan bisa pergi bareng ternyata harus stand by di tempat acara, jadilah saya harus mencari sendiri keberadaan masjid itu. Allah belum ijinkan saya sholat hari itu karena masjid baru ketemu sesudah jam 11 siang. Sedih rasanya, tapi Allah gantikan dengan bertemunya saya dengan mahasiswa Indonesia yang sedang mengadakan acara gathering idul fitri. Nggak ikutan sholat malah ikut makan-makan. Alhamdulillah mengobati kerinduan suasana hari raya.
Di hari H sesi poster, kembali saya merasa apa yang saya kerjakan sangatlah sederhana dibandingkan apa yang sudah dilakukan oleh peneliti lain di bidang ini (mungkin perasaan saya saja). Tapi guru saya selalu memberi dukungan dan menekankan akan pentingnya sudah berusaha. Bahkan beliau tanpa saya duga ikut berada dekat poster saya dan menjelaskan panjang lebar kepada mereka yang tertarik untuk mampir.
Alhamdulillah sudah diberi kesempatan ikut acara ini, bertemu banyak orang dan berdiskusi dengan mereka. Juga ternyata bisa bertemu dengan senior2 dan teman2 dari ITB sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Semoga saya bisa menjalankan tugas studi ini sebaiknya....
Bidang Iontelkom LAPAN
Saya ingat ketika saya sedang studi S2 tahun 2003, ada gagasan membuat komunitas sains kebumian di regional Asia dan Oceania. Berikut saya ambil dari pendahuluan di website AOGS :
Asia Oceania Geosciences Society (AOGS) was established in 2003 to promote geosciences and its application for the benefit of humanity, specifically in Asia and Oceania and with an overarching approach to global issues.
Asia- Oceania region is particularly vulnerable to natural hazards, accounting for almost 80% human lives lost globally. AOGS is deeply involved in addressing hazard related issues through improving our understanding of the genesis of hazards through scientific, social and technical approaches.
AOGS holds annual conventions providing a unique opportunity of exchanging scientific knowledge and discussion to address important geo-scientific issues among academia, research institution and public.
Recognizing the need of global collaboration, AOGS has developed good co-operation with other international geo-science societies and unions such as the European Geosciences Union (EGU), American Geophysical Union (AGU), International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG), Japan Geo-science Union (JpGU), and Science Council of Asia (SCA).
Dari penjelasan itu dapat dilihat bahwa cakupan dan pendekatan ilmu kebumian dalam komunitas ini sangatlah luas dari ilmu dasar, aplikasi, sampai ke pendekatan sosial. Konferensi ini juga menjadi salah satu sarana yang baik untuk interaksi antara negara-negara yang sudah maju dalam ilmu kebumian dengan negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut terlihat dari koneksi yang coba dibuat antara AOGS, EGU, AGU, IUGG, dan JpGu.
Acara dimulai Senin, 28 Juli 2014 s.d. 1 Agustus 2014. Hampir 3000 orang menghadiri konferensi ini. Khusus di sesi saya yaitu Coupling Processes in The Mesosphere-Thermosphere-Ionosphere System, terlihat beberapa peneliti yang sudah tidak asing di bidang ini datang dari Jepang, China, Korea, Amerika, Jerman, Taiwan, India, dll. Kali ini saya menampilkan poster tentang studi saya mengenai ketidakteraturan lapisan ionosfer kaitannya dengan sintilasi yang merupakan gangguan penerimaan sinyal satelit.
Kami berangkat ke Sapporo Minggu siang. Hari itu Kyoto sedikit mendung bahkan ketika saya naik kereta dari Ohbaku ke Kyoto, hujan turun lumayan deras sehingga sedikit menyejukkan badan yang masih menjalani shaum. Sebagaimana umumnya masyarakat sini yang merasa aneh dengan shaum ramadhan (mereka menganggap kita sedang menyiksa diri), guru saya juga wanti2 via email agar saya menjaga kondisi kesehatan selama perjalanan dan saya sampaikan ke beliau untuk tidak terlalu khawatir karena kami sudah biasa melakukan ini setiap tahun. Saya pikir inilah saatnya saya jelaskan sedikit tentang agama saya, bahwa ramadhan bukan dimaksudkan untuk menyiksa manusia. Terus ada hal lain lagi yang menarik buat beliau yaitu kenapa penentuan berakhirnya ramadhan berbeda-beda?. Dengan sedikit pemahaman yg saya punya, saya coba jelaskan bahwa hal tersebut sebenarnya hanya karena perbedaan kriteria dan sekarang sedang diusahakan oleh pemerintah dan para ahli untuk membuat hal tersebut menjadi tidak berbeda lagi. Tapi dengan sedikit diskusi itu malah menjadikan beliau ikut sibuk mencarikan masjid di Sapporo.
Satu syawal 1435 H ini selain Idul Fitri kedua saya di Jepang, juga karena sebenarnya adalah hari pertama konferensi AOGS. Alhamdulillah gu ru saya mengijinkan saya untuk sholat Ied setelah saya daftar ulang di acara konferensi. Sayang sekali seorang teman yang saya harapkan bisa pergi bareng ternyata harus stand by di tempat acara, jadilah saya harus mencari sendiri keberadaan masjid itu. Allah belum ijinkan saya sholat hari itu karena masjid baru ketemu sesudah jam 11 siang. Sedih rasanya, tapi Allah gantikan dengan bertemunya saya dengan mahasiswa Indonesia yang sedang mengadakan acara gathering idul fitri. Nggak ikutan sholat malah ikut makan-makan. Alhamdulillah mengobati kerinduan suasana hari raya.
Di hari H sesi poster, kembali saya merasa apa yang saya kerjakan sangatlah sederhana dibandingkan apa yang sudah dilakukan oleh peneliti lain di bidang ini (mungkin perasaan saya saja). Tapi guru saya selalu memberi dukungan dan menekankan akan pentingnya sudah berusaha. Bahkan beliau tanpa saya duga ikut berada dekat poster saya dan menjelaskan panjang lebar kepada mereka yang tertarik untuk mampir.
Alhamdulillah sudah diberi kesempatan ikut acara ini, bertemu banyak orang dan berdiskusi dengan mereka. Juga ternyata bisa bertemu dengan senior2 dan teman2 dari ITB sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Semoga saya bisa menjalankan tugas studi ini sebaiknya....
5/1/14
JpGU tahun 2014
Dyah R Martiningrum
Peneliti Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Alhamdulillah tidak terasa sudah 6 bulan saya berada di Jepang. Dengan berbagai tantangan berupa perbedaan budaya belajar, budaya kerja, dan lain-lainnya sedikit demi sedikit mulai beradaptasi. Sebagai mahasiswa, menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah adalah salah satu cara beradaptasi di komunitas ilmiah yang tentu saja akan sangat mendukung kelangsungan studi karena di situ adalah ajang interaksi, komunikasi, dan diskusi antar mereka yang terlibat dan tertarik dalam bidang penelitian tertentu. Tanggal 28 April s.d. 2 Mei 2014, saya berkesempatan menghadiri JpGU International Symposium 2014 di Pacifico Yokohama, Kanagawa, Jepang. Acara ini disponsori oleh Japan Geoscience Union. Suatu organisasi keilmuan yang berkaitan dengan ilmu kebumian dan mempunyai tugas mempromosikan, mengenalkan, dan mengkontribusikan seluruh keilmuan kebumian untuk kerjasama internasional, menyampaikan informasi ke publik, aktivitas penelitian dan mempromosikan pertukaran informasi di antara ilmuan di Jepang.
Pada kesempatan itu saya menampilkan poster hasil awal penelitian saya tentang studi statistik ketidakteraturan di lapisan ionosfer dari data EAR (Equator Atmosphere Radar). Berbagai rasa bercampur antara senang, syukur, sedih, dan semangat. Senang dan bersyukur karena bisa mengikuti perkembangan terkini penelitian yang saya sedang lakukan dan bertemu serta mendapatkan komentar dari mereka yang sudah banyak pengalaman dan ahli dalam bidang penelitian ionosfer. Sedih karena merasa ternyata ilmu saya masih sangat sedikit sehingga perlu usaha yang sangat keras untuk minimal bisa tetap berada di jalur perkembangan bidang penelitian tersebut. Dan memang akhirnya seperti mendapatkan kembali semangat untuk terus belajar dan belajar. Karena ketika suatu studi/penelitian itu selesai dilakukan sebenarnya itu menjadi awal studi/penelitian berikutnya. Jadi punya semangat juga untuk membuat semacam catatan atau semacam ringkasan dari setiap referensi yang dibaca dan menempelkan di blog ini.
Sekilas tentang penelitian ketidakteraturan lapisan ionosfer yang disebabkan oleh ketidakstabilan plasma di lapisan ionosfer, saya membuat semacam statistik dari prosentase kejadian Field Aligned Irregularities dari data radar EAR. Hasil awalnya menunjukkan bagaimana variasi musiman dari FAI yang menjadi indikasi terjadinya equatorial plasma bubble atau biasa disebut juga dengan equatorial spread F. Labih lanjut perlu dilakukan analisis periodisitasnya untuk tau bagaimana variasi hariannya. Kenapa penelitian ini penting? Karena pemahaman yang baik tentang kejadian ESF dapat membantu kita dalam pembuatan prediksi kapan terjadinya, sehingga lebih lanjut membari manfaat sebagai semacam peringatan gangguan lapisan ionosfer.
Peneliti Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Alhamdulillah tidak terasa sudah 6 bulan saya berada di Jepang. Dengan berbagai tantangan berupa perbedaan budaya belajar, budaya kerja, dan lain-lainnya sedikit demi sedikit mulai beradaptasi. Sebagai mahasiswa, menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah adalah salah satu cara beradaptasi di komunitas ilmiah yang tentu saja akan sangat mendukung kelangsungan studi karena di situ adalah ajang interaksi, komunikasi, dan diskusi antar mereka yang terlibat dan tertarik dalam bidang penelitian tertentu. Tanggal 28 April s.d. 2 Mei 2014, saya berkesempatan menghadiri JpGU International Symposium 2014 di Pacifico Yokohama, Kanagawa, Jepang. Acara ini disponsori oleh Japan Geoscience Union. Suatu organisasi keilmuan yang berkaitan dengan ilmu kebumian dan mempunyai tugas mempromosikan, mengenalkan, dan mengkontribusikan seluruh keilmuan kebumian untuk kerjasama internasional, menyampaikan informasi ke publik, aktivitas penelitian dan mempromosikan pertukaran informasi di antara ilmuan di Jepang.
Pada kesempatan itu saya menampilkan poster hasil awal penelitian saya tentang studi statistik ketidakteraturan di lapisan ionosfer dari data EAR (Equator Atmosphere Radar). Berbagai rasa bercampur antara senang, syukur, sedih, dan semangat. Senang dan bersyukur karena bisa mengikuti perkembangan terkini penelitian yang saya sedang lakukan dan bertemu serta mendapatkan komentar dari mereka yang sudah banyak pengalaman dan ahli dalam bidang penelitian ionosfer. Sedih karena merasa ternyata ilmu saya masih sangat sedikit sehingga perlu usaha yang sangat keras untuk minimal bisa tetap berada di jalur perkembangan bidang penelitian tersebut. Dan memang akhirnya seperti mendapatkan kembali semangat untuk terus belajar dan belajar. Karena ketika suatu studi/penelitian itu selesai dilakukan sebenarnya itu menjadi awal studi/penelitian berikutnya. Jadi punya semangat juga untuk membuat semacam catatan atau semacam ringkasan dari setiap referensi yang dibaca dan menempelkan di blog ini.
Sekilas tentang penelitian ketidakteraturan lapisan ionosfer yang disebabkan oleh ketidakstabilan plasma di lapisan ionosfer, saya membuat semacam statistik dari prosentase kejadian Field Aligned Irregularities dari data radar EAR. Hasil awalnya menunjukkan bagaimana variasi musiman dari FAI yang menjadi indikasi terjadinya equatorial plasma bubble atau biasa disebut juga dengan equatorial spread F. Labih lanjut perlu dilakukan analisis periodisitasnya untuk tau bagaimana variasi hariannya. Kenapa penelitian ini penting? Karena pemahaman yang baik tentang kejadian ESF dapat membantu kita dalam pembuatan prediksi kapan terjadinya, sehingga lebih lanjut membari manfaat sebagai semacam peringatan gangguan lapisan ionosfer.
1/28/14
BERHATI-HATI MENERIMA INFORMASI
Dyah R Martiningrum
Peneliti Pussainsa LAPAN
Membaca posting seorang teman, saya terhenyak, ternyata banyak juga yang yakin sekali dengan teori konspirasi tentang rekayasa bencana alam di muka bumi ini. Seperti di blog berikut http://votreesprit.wordpress.com/2012/ 07/06/blue-beam-proyek-dajjal-penanda-datangnya-kiamat/. Orang yang pertama membahas masalah ini adalah teman seruangan saya, bahkan sempat dibahas di milis kantor. Orang kedua yang bertanya kepada saya langsung adalah seorang jurnalis dari media televisi nasional. Dan terakhir adalah teman yang sekarang ini. Saya tidak mengatakan bahwa semua informasi tentang itu salah 100%, hanya saja saya menangkap ada kesan:
-Ada semacam mencampuradukkan antara informasi saintifik yang ilmiah dengan opini pribadi dari penulis yang sepertinya tidak punya latar belakang keilmuan yang sedang ditulisnya dan yang diambil dari sumber-sumber yang tidak jelas alias hoax.
-Walaupun di Al Qur’an disebutkan tentang bangsa Yahudi yang sangat cerdas (Al Baqoroh : 47), tapi dalam tulisan itu seakan apapun bisa dilakukan atau dikuasai bangsa ini tanpa umat lain bisa melakukan apapun (apa memang iya? Saya meragukan ini).
-Saya melihat ujung tulisan ini adalah mengajak saudaranya untuk kembali kepada ajaran Allah. Saya setuju ajakannya, tapi caranya ini saya tidak setuju karena lebih banyak implikasi negatif daripada positifnya (menurut saya lho).
Walaupun saya pernah menanggapi tentang masalah ini di tulisan lama saya di sini dan di sini, tapi tidak ada salahnya saya coba memberi komentar lebih detil lagi postingan di blog tersebut.
Paragraf pertama sudah menjadi sunatullah sampai akhir jaman (Al Baqoroh : 120). Tentu ini menambah semangat kita untuk meningkatkan kualitas kita sebagai muslim, bukan dengan menebarkan permusuhan.
Paragraf kedua sampai keenam , tidak menyebut sumber pertama beritanya, bahkan saya menangkap pesan provokasi. Kejelasan informasi tentang lokasi proyek tsb tidak otomatis menunjukkan bahwa tujuan proyek itu adalah untuk mengelabui dan menyesatkan manusia, sungguh kesimpulan yang sangat picik(maaf). Kalau tentang urusan menyesatkan dan mengelabui umat dari agamanya, nggak perlu dengan megaproyek yang besar dan mahal itu, sekarang pun dengan mudah bisa dilakukan misalnya dengan media melalui bacaan dan tontonan kita. Jadi kenapa harus buang-buang uang. Tentang holografik, itu adalah produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang pun kita bisa temui di berbagai tempat misal di bandara, di mall, di perayaan2 tertentu. Terlalu jauh kalau menghubungkan ini dengan memalingkan dan menyesatkan, apalagi kalau seorang muslim punya aqidah yang kuat, saya yakin tidak akan mudah disesatkan dan dipalingkan dengan holografik tersebut.
Paragraf tujuh dan seterusnya lebih banyak membahas tentang HAARP dan ‘kehebatannya’ yang bisa melakukan banyak hal dari rekayasa iklim dan bencana sampai manipulasi pikiran. Saya sebenarnya malas membaca yang bagian ini. Kelihatan sekali terlalu menyederhanakan sesuatu. Lagi-lagi sumber yang tidak jelas. Ada disebut juga tentang anak muda bernama Richard John Clay, anak band dan peneliti yang dibunuh akibat postingan di blognya. Menurut saya uraian berikutnya tentang anak muda itu tidak jelas, juga alasan tentang pembunuhannya. Kemudian hasil percobaan gelombang radio frekuensi rendah yang mampu menghancurkan miniatur bangunan, tidak membuat saya langsung percaya itu mudah diaplikasikan di alam. Seharusnya kita paham bahwa fenomena alam itu bersifat sangat tidak linier. Jadi bukan sesuatu yang mudah untuk memanfaatkan sifat alamiah gelombang radio yang dipantulkan ke stratosfer maupun ionosfer untuk membangkitkan sedemikan banyak bencana dan perubahan iklim global.
Ayolah…., Allah mengaruniakan akal kepada manusia untuk ‘membaca’ dan berpikir. Tidak menelan mentah-mentah informasi yang kita terima. Alangkah naifnya bila inofrmasi semacam itu hanya akan menebarkan permusuhan di antara umat manusia.
Allah menciptakan manusia untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Lebih baik kerjakan saja yang terbaik yang bisa dilakukan dan jangan lupa selalu mohon ampun dan meminta perlindungan serta pertolongan dari Allah.
Wallahu a'lam bishowab
Peneliti Pussainsa LAPAN
Membaca posting seorang teman, saya terhenyak, ternyata banyak juga yang yakin sekali dengan teori konspirasi tentang rekayasa bencana alam di muka bumi ini. Seperti di blog berikut http://votreesprit.wordpress.com/2012/ 07/06/blue-beam-proyek-dajjal-penanda-datangnya-kiamat/. Orang yang pertama membahas masalah ini adalah teman seruangan saya, bahkan sempat dibahas di milis kantor. Orang kedua yang bertanya kepada saya langsung adalah seorang jurnalis dari media televisi nasional. Dan terakhir adalah teman yang sekarang ini. Saya tidak mengatakan bahwa semua informasi tentang itu salah 100%, hanya saja saya menangkap ada kesan:
-Ada semacam mencampuradukkan antara informasi saintifik yang ilmiah dengan opini pribadi dari penulis yang sepertinya tidak punya latar belakang keilmuan yang sedang ditulisnya dan yang diambil dari sumber-sumber yang tidak jelas alias hoax.
-Walaupun di Al Qur’an disebutkan tentang bangsa Yahudi yang sangat cerdas (Al Baqoroh : 47), tapi dalam tulisan itu seakan apapun bisa dilakukan atau dikuasai bangsa ini tanpa umat lain bisa melakukan apapun (apa memang iya? Saya meragukan ini).
-Saya melihat ujung tulisan ini adalah mengajak saudaranya untuk kembali kepada ajaran Allah. Saya setuju ajakannya, tapi caranya ini saya tidak setuju karena lebih banyak implikasi negatif daripada positifnya (menurut saya lho).
Walaupun saya pernah menanggapi tentang masalah ini di tulisan lama saya di sini dan di sini, tapi tidak ada salahnya saya coba memberi komentar lebih detil lagi postingan di blog tersebut.
Paragraf pertama sudah menjadi sunatullah sampai akhir jaman (Al Baqoroh : 120). Tentu ini menambah semangat kita untuk meningkatkan kualitas kita sebagai muslim, bukan dengan menebarkan permusuhan.
Paragraf kedua sampai keenam , tidak menyebut sumber pertama beritanya, bahkan saya menangkap pesan provokasi. Kejelasan informasi tentang lokasi proyek tsb tidak otomatis menunjukkan bahwa tujuan proyek itu adalah untuk mengelabui dan menyesatkan manusia, sungguh kesimpulan yang sangat picik(maaf). Kalau tentang urusan menyesatkan dan mengelabui umat dari agamanya, nggak perlu dengan megaproyek yang besar dan mahal itu, sekarang pun dengan mudah bisa dilakukan misalnya dengan media melalui bacaan dan tontonan kita. Jadi kenapa harus buang-buang uang. Tentang holografik, itu adalah produk ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang pun kita bisa temui di berbagai tempat misal di bandara, di mall, di perayaan2 tertentu. Terlalu jauh kalau menghubungkan ini dengan memalingkan dan menyesatkan, apalagi kalau seorang muslim punya aqidah yang kuat, saya yakin tidak akan mudah disesatkan dan dipalingkan dengan holografik tersebut.
Paragraf tujuh dan seterusnya lebih banyak membahas tentang HAARP dan ‘kehebatannya’ yang bisa melakukan banyak hal dari rekayasa iklim dan bencana sampai manipulasi pikiran. Saya sebenarnya malas membaca yang bagian ini. Kelihatan sekali terlalu menyederhanakan sesuatu. Lagi-lagi sumber yang tidak jelas. Ada disebut juga tentang anak muda bernama Richard John Clay, anak band dan peneliti yang dibunuh akibat postingan di blognya. Menurut saya uraian berikutnya tentang anak muda itu tidak jelas, juga alasan tentang pembunuhannya. Kemudian hasil percobaan gelombang radio frekuensi rendah yang mampu menghancurkan miniatur bangunan, tidak membuat saya langsung percaya itu mudah diaplikasikan di alam. Seharusnya kita paham bahwa fenomena alam itu bersifat sangat tidak linier. Jadi bukan sesuatu yang mudah untuk memanfaatkan sifat alamiah gelombang radio yang dipantulkan ke stratosfer maupun ionosfer untuk membangkitkan sedemikan banyak bencana dan perubahan iklim global.
Ayolah…., Allah mengaruniakan akal kepada manusia untuk ‘membaca’ dan berpikir. Tidak menelan mentah-mentah informasi yang kita terima. Alangkah naifnya bila inofrmasi semacam itu hanya akan menebarkan permusuhan di antara umat manusia.
Allah menciptakan manusia untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Lebih baik kerjakan saja yang terbaik yang bisa dilakukan dan jangan lupa selalu mohon ampun dan meminta perlindungan serta pertolongan dari Allah.
Wallahu a'lam bishowab
1/15/14
Mengapa tidak mencoba perangkat yang gratis?
Dyah R Martiningrum
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi
Sekitar dua tahun lalu sudah mendengar tentang perangkat pemrograman Python ini, tapi memang karena di kantor yang biasa dipakai untuk membantu adalah MATLAB jadi ya tidak terlalu tertarik saat itu. Apalagi kalau di Indonesia walaupun ada undang-undang HAKI dan teman-temannya, tetap saja masalah keaslian perangkat lunak belum terlalu diperhatikan terutama oleh pengguna, saat tidak ada pilihan lain :(. Baru setelah ada kesempatan mengunjungi salah satu universitas di kyoto, mendapat banyak pencerahan tentang perlunya menggunakan perangkat-perangkat berlisensi atau kalau nggak ada, gunakan perangkat-perangkat open-source.
Karena keterbatasan kemampuan pemrograman, saya cenderung mempelajari bahasa apa saja yang saya perlukan, begitu pun dengan Python ini. Pembimbing saya mengenalkan perangkat ini untuk mengolah data radar sebagai alternatif setelah tahu sebelumnya saya mengolah pakai IDL. Saya diberi scriptnya dan ternyata seluruh peserta acara simposium tentang cuaca antariksa di Indonesia 2012 kemarin sudah mendapatnya. Jadi marilah kita manfaatkan bersama-sama:). Saya tulis di sini untuk mengingatkan pada saya sendiri yang suka lupa dan semoga juga membantu yang sedang memerlukan.
Baiklah, saya mulai dengan bagaimana cara install Python. Sebagaimana aplikasi yang lain, paket instalasi Phyton adalah secara bebas di internet. Berikut ini adalah alamat web yang bisa dikunjungi:
http://code.google.com/p/pythonxy/
Di bagian kiri atas ada link ke download dan silahkan memilih salah satu link untuk mendownloadnya, serta perhatikan catatan2 di situ. Tempatkan paket instalasi ke folder yang diinginkan dan install. Sekarang Python siap digunakan.
Ada pilihan cara untuk menggunakan perangkat ini yaitu bisa dengan 'DOS window' atau 'commond prompt window'. Saya pribadi karena biasa dengan layar yang terang saya lebih memilih menggunakan 'command prompt window'. Ada satu lagi pilihan yang lebih interaktif, yaitu menggunakan 'spyder'. Kalau pernah menggunakan Matlab, tentu sudah lebih mengenal window2nya, ada text editor, interpreter, command prompt, console, dan lainnya.
Karena Python adalah perangkat terbuka, maka kita akan mudah mendapat link2 untuk mempelajarinya antara lain di website2 berikut :
https://wiki.python.org/moin/BeginnersGuide/NonProgrammers
atau berikut ini :
http://www.python-course.eu/course.php
Sayapun telah mencoba untuk plot data2 RTI-EAR yang ada di saya,yang sebelumnya diolah menggunakan perangkat berlisensi (IDL), dan hasilnya lumayan bagus :
Untuk berbagai keperluan lain, python juga menyediakan paket-paket modul yang siap dinstall/ditambahkan sesuai kebutuhan. Silahkan dicoba untuk keperluannya masing-masing.
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi
Sekitar dua tahun lalu sudah mendengar tentang perangkat pemrograman Python ini, tapi memang karena di kantor yang biasa dipakai untuk membantu adalah MATLAB jadi ya tidak terlalu tertarik saat itu. Apalagi kalau di Indonesia walaupun ada undang-undang HAKI dan teman-temannya, tetap saja masalah keaslian perangkat lunak belum terlalu diperhatikan terutama oleh pengguna, saat tidak ada pilihan lain :(. Baru setelah ada kesempatan mengunjungi salah satu universitas di kyoto, mendapat banyak pencerahan tentang perlunya menggunakan perangkat-perangkat berlisensi atau kalau nggak ada, gunakan perangkat-perangkat open-source.
Karena keterbatasan kemampuan pemrograman, saya cenderung mempelajari bahasa apa saja yang saya perlukan, begitu pun dengan Python ini. Pembimbing saya mengenalkan perangkat ini untuk mengolah data radar sebagai alternatif setelah tahu sebelumnya saya mengolah pakai IDL. Saya diberi scriptnya dan ternyata seluruh peserta acara simposium tentang cuaca antariksa di Indonesia 2012 kemarin sudah mendapatnya. Jadi marilah kita manfaatkan bersama-sama:). Saya tulis di sini untuk mengingatkan pada saya sendiri yang suka lupa dan semoga juga membantu yang sedang memerlukan.
Baiklah, saya mulai dengan bagaimana cara install Python. Sebagaimana aplikasi yang lain, paket instalasi Phyton adalah secara bebas di internet. Berikut ini adalah alamat web yang bisa dikunjungi:
http://code.google.com/p/pythonxy/
Di bagian kiri atas ada link ke download dan silahkan memilih salah satu link untuk mendownloadnya, serta perhatikan catatan2 di situ. Tempatkan paket instalasi ke folder yang diinginkan dan install. Sekarang Python siap digunakan.
Ada pilihan cara untuk menggunakan perangkat ini yaitu bisa dengan 'DOS window' atau 'commond prompt window'. Saya pribadi karena biasa dengan layar yang terang saya lebih memilih menggunakan 'command prompt window'. Ada satu lagi pilihan yang lebih interaktif, yaitu menggunakan 'spyder'. Kalau pernah menggunakan Matlab, tentu sudah lebih mengenal window2nya, ada text editor, interpreter, command prompt, console, dan lainnya.
Karena Python adalah perangkat terbuka, maka kita akan mudah mendapat link2 untuk mempelajarinya antara lain di website2 berikut :
https://wiki.python.org/moin/BeginnersGuide/NonProgrammers
atau berikut ini :
http://www.python-course.eu/course.php
Sayapun telah mencoba untuk plot data2 RTI-EAR yang ada di saya,yang sebelumnya diolah menggunakan perangkat berlisensi (IDL), dan hasilnya lumayan bagus :
Untuk berbagai keperluan lain, python juga menyediakan paket-paket modul yang siap dinstall/ditambahkan sesuai kebutuhan. Silahkan dicoba untuk keperluannya masing-masing.
1/12/14
BENARKAH POLAR VORTEX PENYEBAB MUSIM DINGIN YANG EKSTREM?
Dyah R Martiningrum
Peneliti LAPAN
Menjawab pertanyaan seorang teman
Pernah mendengar tentang vortex? Mungkin sudah, tetapi apakah vortex itu? Kalau pernah melihat film tentang tornado, itulah gambaran tentang vortex. Jadi dalam bahasa sederhana, vortex itu adalah aliran massa udara yang berupa pusaran/putaran yang berpusat pada titik/garis vertikal tertentu (cyclone), seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Courtesy : wikipedia
Nah, kalau polar pasti sesuatu yang berbau kutub (pole). Benar. Polar vortex sebenarnya berupa pusat tekanan rendah yang menguat di musim dingin dan melemah di musim panas akibat adanya perbedaan temperatur antara wilayah ekuator dan kutub. Singkatnya, polar vortex adalah aliran massa udara/angin yang dingin yang terjadi di belahan bumi utara(selatan) di sekitar kutub utara(selatan) pada ketinggian lebih dari 20 km (troposfer atas - stratosfer).
Kemudian apa salahnya si polar vortex dengan gelombang dingin yang sekarang terjadi di beberapa negara di belahan bumi utara seperti Amerika, Kanada, dan bahkan Meksiko? Seperti telah disebutkan sebelumnya, polar vortex bersifat musiman, jadi bukan hal baru dan pertama kali terjadi. Biasanya massa udara dingin ini terjadi di sekitar wilayah kutub Utara (Artik). Namun masalah kemudian timbul ketika di daerah dimana vortex terjadi, temperaturnya lebih tinggi (hangat) sehingga menyebabkan vortex mengalami pelemahan bahkan terbagi dua, sehingga areanya dapat meluas sampai jauh ke selatan, seperti pernah terjadi tahun 2009 yang lalu. Selain polar vortex banyak faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya gelombang dingin diantaranya adalah pola perubahan cuaca yang bersifat chaotic(tak teratur).
Courtesy : www.foxnews.com
Dengan kejadian gelombang dingin yang ekstrem belakangan ini, apakah berarti isu tentang pemanasan global hanya isapan jempol belaka? Seorang yang berkecimpung di bidang penelitian harus berhati-hati menjawab pertanyaan ini, kenapa?
Karena, memang harus dibedakan antara cuaca dan iklim. Gelombang dingin yang terjadi belakangan berkaitan dengan cuaca (perubahan sesaat), sementara kalau bicara tentang pemanasan global itu berkaitan dengan perubahan iklim (perubahan jangka panjang) yang memerlukan penjelasan data yang panjang. Hasil-hasil penelitian yang ada sekarang baru memanfaatkan data kurang dari 20 tahun data, sehingga belum cukup memberi banyak informasi tentang perubahan iklim. Gelombang panas ataupun gelombang dingin yang terjadi sesaat tidak cukup untuk membuktikan bahwa pemanasan global tidak ada, karena yang diperlukan adalah informasi tentang gelombang panas ataupun gelombang dingin sesaat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Jadi masih banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab terkait dengan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini, yang artinya masih banyak dibutuhkan sumbangan pemikiran para ahli yang berkecimpung di bidang tersebut.
Semoga bermanfaat.
Dari berbagai sumber.
Peneliti LAPAN
Menjawab pertanyaan seorang teman
Pernah mendengar tentang vortex? Mungkin sudah, tetapi apakah vortex itu? Kalau pernah melihat film tentang tornado, itulah gambaran tentang vortex. Jadi dalam bahasa sederhana, vortex itu adalah aliran massa udara yang berupa pusaran/putaran yang berpusat pada titik/garis vertikal tertentu (cyclone), seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Courtesy : wikipedia
Nah, kalau polar pasti sesuatu yang berbau kutub (pole). Benar. Polar vortex sebenarnya berupa pusat tekanan rendah yang menguat di musim dingin dan melemah di musim panas akibat adanya perbedaan temperatur antara wilayah ekuator dan kutub. Singkatnya, polar vortex adalah aliran massa udara/angin yang dingin yang terjadi di belahan bumi utara(selatan) di sekitar kutub utara(selatan) pada ketinggian lebih dari 20 km (troposfer atas - stratosfer).
Kemudian apa salahnya si polar vortex dengan gelombang dingin yang sekarang terjadi di beberapa negara di belahan bumi utara seperti Amerika, Kanada, dan bahkan Meksiko? Seperti telah disebutkan sebelumnya, polar vortex bersifat musiman, jadi bukan hal baru dan pertama kali terjadi. Biasanya massa udara dingin ini terjadi di sekitar wilayah kutub Utara (Artik). Namun masalah kemudian timbul ketika di daerah dimana vortex terjadi, temperaturnya lebih tinggi (hangat) sehingga menyebabkan vortex mengalami pelemahan bahkan terbagi dua, sehingga areanya dapat meluas sampai jauh ke selatan, seperti pernah terjadi tahun 2009 yang lalu. Selain polar vortex banyak faktor lain yang menjadi pemicu terjadinya gelombang dingin diantaranya adalah pola perubahan cuaca yang bersifat chaotic(tak teratur).
Courtesy : www.foxnews.com
Dengan kejadian gelombang dingin yang ekstrem belakangan ini, apakah berarti isu tentang pemanasan global hanya isapan jempol belaka? Seorang yang berkecimpung di bidang penelitian harus berhati-hati menjawab pertanyaan ini, kenapa?
Karena, memang harus dibedakan antara cuaca dan iklim. Gelombang dingin yang terjadi belakangan berkaitan dengan cuaca (perubahan sesaat), sementara kalau bicara tentang pemanasan global itu berkaitan dengan perubahan iklim (perubahan jangka panjang) yang memerlukan penjelasan data yang panjang. Hasil-hasil penelitian yang ada sekarang baru memanfaatkan data kurang dari 20 tahun data, sehingga belum cukup memberi banyak informasi tentang perubahan iklim. Gelombang panas ataupun gelombang dingin yang terjadi sesaat tidak cukup untuk membuktikan bahwa pemanasan global tidak ada, karena yang diperlukan adalah informasi tentang gelombang panas ataupun gelombang dingin sesaat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Jadi masih banyak pertanyaan yang belum bisa dijawab terkait dengan cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini, yang artinya masih banyak dibutuhkan sumbangan pemikiran para ahli yang berkecimpung di bidang tersebut.
Semoga bermanfaat.
Dari berbagai sumber.
1/9/14
DAMPAK CUACA ANTARIKSA TERHADAP KOMUNIKASI RADIO DAN KOMUNIKASI SATELIT SERTA MITIGASINYA
Dyah R Martiningrum
Peneliti bid. Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Di awal tahun ini matahari pun menyambutnya dengan gejolak berupa peristiwa flare klas-X (1.2) yang menjadi flare besar pertama 2014. Setiap kali terjadi flare, setiap kali juga pertanyaan seputar dampaknya muncul lagi di kalangan masyarakat. Saya jadi teringat tulisan saya beberapa waktu lalu. Berikut saya bagi tulisan tersebut di blog ini. Semoga menambah sedikit wawasan tentang cuaca antariksa.
Gambar 1. Dampak Cuaca Antariksa terhadap Sistem Teknologi di Bumi
Cuaca yang umumnya kita kenal berhubungan dengan semua fenomena yang terjadi di permukaan ataupun di bagian bawah atmosfer bumi seperti angin, badai, dan hujan. Lalu apa itu cuaca antariksa? Cuaca antariksa adalah perubahan kondisi di matahari dan antariksa. Untuk memudahkan pemahaman, istilah dalam cuaca antariksa dianalogikan dengan cuaca di bumi. Bila di bumi ada angin, maka di antariksa juga ada angin surya. Kalau di bumi ada badai, di antariksa ada badai matahari, badai geomagnet, dan badai ionosfer. Demikian juga dengan hujan di bumi, dalam istilah cuaca antariksa juga ada istilah hujan meteor. Cuaca antariksa lebih dekat kepada pembahasan tentang fenomena yang melibatkan radiasi matahari, lingkungan plasma, medan magnet, dan lain-lain.
Matahari berperan sebagai sumber energi sekaligus sumber gangguan. Fenomena-fenomena yang terjadi pada permukaan matahari seperti Flare (ledakan di matahari) dan Coronal Mass Ejection (CME) atau pelontaran partikel dari matahari akan berpengaruh terhadap teknologi di bumi. Flare besar yang mencapai lapisan ionosfer akan dapat mengganggu operasional komunikasi radio dan komunikasi satelit. Sementara CME melalui gelombang kejutnya (shock wave) dapat memicu terjadinya badai geomagnet yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi kondisi lapisan ionosfer.
Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Radio
Pernahkah suatu hari ketika mendengarkan siaran radio tiba-tiba suaranya menjadi tidak jelas atau bahkan hilang sama sekali untuk beberapa saat ? Atau bagi yang mempunyai hobi menggunakan radio amatir untuk berkomunikasi, tiba-tiba suara yang ditangkap seperti timbul tenggelam, kadang terdengar dengan jelas dan kadang tidak terdengar. Apakah yang menyebabkan hal itu terjadi?
Sebenarnya di bagian atas atmosfer bumi terdapat suatu lapisan yang sangat penting perannya dalam komunikasi radio karena lapisan tersebut bersifat memantulkan gelombang radio yang frekuensinya sama dengan frekuensi plasma pada lapisan tersebut. Lapisan tersebut dikenal sebagai lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer berada pada ketinggian antara 50 km sampai dengan 500 km di atas permukaan bumi, bahkan lebih. Ionosfer terbentuk akibat proses fotoionisasi dari atom-atom yang ada di udara. Berdasarkan perbedaan kerapatan elektronnya maka lapisan ionosfer terbagi atas lapisan D, lapisan E, dan lapisan F. Lapisan yang terakhir inilah yang berperan penting dalam komunikasi radio terutama komunikasi radio HF, karena lapisan F berada pada ketinggian paling tinggi dan juga memantulkan frekuensi radio tertinggi dalam pita HF.
Gambar 2. Berbagai Tipe Gelombang Radio yang Digunakan untuk Komunikasi (http://www.windows2universe.org/spaceweather)
Kondisi cuaca antariksa, terutama fenomena yang terjadi di permukaan matahari sangat mempengaruhi lapisan ionosfer, termasuk lapisan F. Saat aktivitas matahari rendah, radiasi Extreme Ultra Violet (EUV) dari matahari lemah dan kerapatan partikel bermuatan di lapisan F juga rendah. Ini artinya, hanya gelombang radio HF frekuensi rendah saja yang akan dipantulkan lapisan ionosfer. Hal sebaliknya tejadi bila aktivitas matahari mencapai puncaknya, maka radiasi EUV kuat dan kerapatan partikel bermuatan di lapisan F juga tinggi, sehingga lapisan ionosfer akan memantulkan gelombang radio HF frekuensi tinggi. Secara ringkas bagaimana dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio dapat dilihat pada Tabel 1.
Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Satelit
Serupa dengan dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio, maka flare, atau CME yang terjadi di matahari juga akan mengganggu komunikasi satelit. Pernahkah ketika sedang asyik menonton siaran televisi tiba-tiba ada gangguan transmisi?. Mungkin juga ketika akan melakukan perjalanan jauh menggunakan kapal atau pesawat, tiba-tiba jadwalnya ditunda? Hal itu kemungkinan selain disebabkan oleh cuaca di permukaan seperti badai atau turbulensi, dapat juga disebabkan oleh cuaca antariksa yang mengganggu komunikasi untuk penerbangan maupun pendaratan pesawat. Dampak cuaca antariksa terhadap penjalaran gelombang radio dalam komunikasi satelit dapat dilihat pada Tabel 2.
Mitigasi Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Radio dan Komunikasi Satelit
Tidak seperti cuaca di permukaan yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di permukaan bumi, maka dampak cuaca antariksa terhadap kehidupan manusia lebih pada sistem atau teknologi yang dikembangkan untuk membantu kehidupan manusia, seperti para pemilik satelit navigasi dan komunikasi, para operator jaringan listrik, para pilot, dan para operator komunikasi radio. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi radio dan satelit, maka dampak cuaca antariksa akan semakin serius. Sebagai contoh, ketika satelit Galaxy 4 mengalami gangguan penjalaran sinyal pada tahun 1998, maka 40 juta pengguna pager tidak bisa berkomunikasi selama beberapa jam. Padahal alat tersebut digunakan untuk komunikasi darurat antara dokter dan pasien di rumah sakit. Bisa dibayangkan akibat yang ditimbulkan oleh gangguan cuaca antariksa tersebut.
Hal paling penting dalam mitigasi dampak cuaca antariksa adalah lengkapnya informasi tentang kondisi cuaca antariksa pada waktu tertentu. Untuk keperluan itu diperlukan dukungan berbagai peralatan yang akan menghasilkan informasi tentang kondisi matahari, geomagnet, dan ionosfer. Keragaman peralatan dan kelengkapan data juga bermanfaat untuk mempelajari tren jangka panjang dari cuaca antariksa sehingga karakteristiknya dapat didekati dengan cara memodelkannya. Hasil model tersebut kemudian diinformasikan lagi kepada para pengguna sistem teknologi yang terkena dampak cuaca antariksa sebagai semacam data prediksi. Informasi yang jelas tentang kondisi cuaca antariksa juga akan membantu dalam pengembangan teknologi lain yang akan bermanfaat untuk mitigasi dampaknya. Belajar dari negara maju seperti Inggris, langkah-langkah berikut dapat dilakukan untuk mitigasi dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio dan satelit :
1.Saat terjadi badai matahari yang besar maka jaringan komunikasi terrestrial yang seharusnya menggunakan GPS, boleh dioperasikan tanpa timing dari GPS selama 3 hari karena kondisi darurat.
2.Industri penerbangan sangat dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan jaringan komunikasi yang memanfaatkan modem HF, seperti yang digunakan dalam militer agar sinyal yang hilang akibat badai matahari dan badai geomagnet dapat diminimalkan.
3.Para penumpang dan awak pesawat harus mendapat informasi kondisi cuaca antariksa saat mereka hendak terbang.
4.Penyedia layanan satelit harus dengan jelas memberikan informasi tentang daya tahan satelit terhadap cuaca antariksa dan menyiapkan langkah antisipasi bila terjadi gangguan satelit misalnya dengan diversifikasi jaringan.
Berbagai langkah mitigasi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan di tempat lain. Aspek kesinambungan penelitian juga harus dipertahankan agar informasi yang diberikan dapat terus diperbaiki dan diperbarui sehingga akhirnya manusia dapat beradaptasi dengan cuaca antariksa.
Peneliti bid. Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Di awal tahun ini matahari pun menyambutnya dengan gejolak berupa peristiwa flare klas-X (1.2) yang menjadi flare besar pertama 2014. Setiap kali terjadi flare, setiap kali juga pertanyaan seputar dampaknya muncul lagi di kalangan masyarakat. Saya jadi teringat tulisan saya beberapa waktu lalu. Berikut saya bagi tulisan tersebut di blog ini. Semoga menambah sedikit wawasan tentang cuaca antariksa.
Gambar 1. Dampak Cuaca Antariksa terhadap Sistem Teknologi di Bumi
Cuaca yang umumnya kita kenal berhubungan dengan semua fenomena yang terjadi di permukaan ataupun di bagian bawah atmosfer bumi seperti angin, badai, dan hujan. Lalu apa itu cuaca antariksa? Cuaca antariksa adalah perubahan kondisi di matahari dan antariksa. Untuk memudahkan pemahaman, istilah dalam cuaca antariksa dianalogikan dengan cuaca di bumi. Bila di bumi ada angin, maka di antariksa juga ada angin surya. Kalau di bumi ada badai, di antariksa ada badai matahari, badai geomagnet, dan badai ionosfer. Demikian juga dengan hujan di bumi, dalam istilah cuaca antariksa juga ada istilah hujan meteor. Cuaca antariksa lebih dekat kepada pembahasan tentang fenomena yang melibatkan radiasi matahari, lingkungan plasma, medan magnet, dan lain-lain.
Matahari berperan sebagai sumber energi sekaligus sumber gangguan. Fenomena-fenomena yang terjadi pada permukaan matahari seperti Flare (ledakan di matahari) dan Coronal Mass Ejection (CME) atau pelontaran partikel dari matahari akan berpengaruh terhadap teknologi di bumi. Flare besar yang mencapai lapisan ionosfer akan dapat mengganggu operasional komunikasi radio dan komunikasi satelit. Sementara CME melalui gelombang kejutnya (shock wave) dapat memicu terjadinya badai geomagnet yang pada gilirannya juga akan mempengaruhi kondisi lapisan ionosfer.
Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Radio
Pernahkah suatu hari ketika mendengarkan siaran radio tiba-tiba suaranya menjadi tidak jelas atau bahkan hilang sama sekali untuk beberapa saat ? Atau bagi yang mempunyai hobi menggunakan radio amatir untuk berkomunikasi, tiba-tiba suara yang ditangkap seperti timbul tenggelam, kadang terdengar dengan jelas dan kadang tidak terdengar. Apakah yang menyebabkan hal itu terjadi?
Sebenarnya di bagian atas atmosfer bumi terdapat suatu lapisan yang sangat penting perannya dalam komunikasi radio karena lapisan tersebut bersifat memantulkan gelombang radio yang frekuensinya sama dengan frekuensi plasma pada lapisan tersebut. Lapisan tersebut dikenal sebagai lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer berada pada ketinggian antara 50 km sampai dengan 500 km di atas permukaan bumi, bahkan lebih. Ionosfer terbentuk akibat proses fotoionisasi dari atom-atom yang ada di udara. Berdasarkan perbedaan kerapatan elektronnya maka lapisan ionosfer terbagi atas lapisan D, lapisan E, dan lapisan F. Lapisan yang terakhir inilah yang berperan penting dalam komunikasi radio terutama komunikasi radio HF, karena lapisan F berada pada ketinggian paling tinggi dan juga memantulkan frekuensi radio tertinggi dalam pita HF.
Gambar 2. Berbagai Tipe Gelombang Radio yang Digunakan untuk Komunikasi (http://www.windows2universe.org/spaceweather)
Kondisi cuaca antariksa, terutama fenomena yang terjadi di permukaan matahari sangat mempengaruhi lapisan ionosfer, termasuk lapisan F. Saat aktivitas matahari rendah, radiasi Extreme Ultra Violet (EUV) dari matahari lemah dan kerapatan partikel bermuatan di lapisan F juga rendah. Ini artinya, hanya gelombang radio HF frekuensi rendah saja yang akan dipantulkan lapisan ionosfer. Hal sebaliknya tejadi bila aktivitas matahari mencapai puncaknya, maka radiasi EUV kuat dan kerapatan partikel bermuatan di lapisan F juga tinggi, sehingga lapisan ionosfer akan memantulkan gelombang radio HF frekuensi tinggi. Secara ringkas bagaimana dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio dapat dilihat pada Tabel 1.
Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Satelit
Serupa dengan dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio, maka flare, atau CME yang terjadi di matahari juga akan mengganggu komunikasi satelit. Pernahkah ketika sedang asyik menonton siaran televisi tiba-tiba ada gangguan transmisi?. Mungkin juga ketika akan melakukan perjalanan jauh menggunakan kapal atau pesawat, tiba-tiba jadwalnya ditunda? Hal itu kemungkinan selain disebabkan oleh cuaca di permukaan seperti badai atau turbulensi, dapat juga disebabkan oleh cuaca antariksa yang mengganggu komunikasi untuk penerbangan maupun pendaratan pesawat. Dampak cuaca antariksa terhadap penjalaran gelombang radio dalam komunikasi satelit dapat dilihat pada Tabel 2.
Mitigasi Dampak Cuaca Antariksa Terhadap Komunikasi Radio dan Komunikasi Satelit
Tidak seperti cuaca di permukaan yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di permukaan bumi, maka dampak cuaca antariksa terhadap kehidupan manusia lebih pada sistem atau teknologi yang dikembangkan untuk membantu kehidupan manusia, seperti para pemilik satelit navigasi dan komunikasi, para operator jaringan listrik, para pilot, dan para operator komunikasi radio. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi radio dan satelit, maka dampak cuaca antariksa akan semakin serius. Sebagai contoh, ketika satelit Galaxy 4 mengalami gangguan penjalaran sinyal pada tahun 1998, maka 40 juta pengguna pager tidak bisa berkomunikasi selama beberapa jam. Padahal alat tersebut digunakan untuk komunikasi darurat antara dokter dan pasien di rumah sakit. Bisa dibayangkan akibat yang ditimbulkan oleh gangguan cuaca antariksa tersebut.
Hal paling penting dalam mitigasi dampak cuaca antariksa adalah lengkapnya informasi tentang kondisi cuaca antariksa pada waktu tertentu. Untuk keperluan itu diperlukan dukungan berbagai peralatan yang akan menghasilkan informasi tentang kondisi matahari, geomagnet, dan ionosfer. Keragaman peralatan dan kelengkapan data juga bermanfaat untuk mempelajari tren jangka panjang dari cuaca antariksa sehingga karakteristiknya dapat didekati dengan cara memodelkannya. Hasil model tersebut kemudian diinformasikan lagi kepada para pengguna sistem teknologi yang terkena dampak cuaca antariksa sebagai semacam data prediksi. Informasi yang jelas tentang kondisi cuaca antariksa juga akan membantu dalam pengembangan teknologi lain yang akan bermanfaat untuk mitigasi dampaknya. Belajar dari negara maju seperti Inggris, langkah-langkah berikut dapat dilakukan untuk mitigasi dampak cuaca antariksa terhadap komunikasi radio dan satelit :
1.Saat terjadi badai matahari yang besar maka jaringan komunikasi terrestrial yang seharusnya menggunakan GPS, boleh dioperasikan tanpa timing dari GPS selama 3 hari karena kondisi darurat.
2.Industri penerbangan sangat dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan jaringan komunikasi yang memanfaatkan modem HF, seperti yang digunakan dalam militer agar sinyal yang hilang akibat badai matahari dan badai geomagnet dapat diminimalkan.
3.Para penumpang dan awak pesawat harus mendapat informasi kondisi cuaca antariksa saat mereka hendak terbang.
4.Penyedia layanan satelit harus dengan jelas memberikan informasi tentang daya tahan satelit terhadap cuaca antariksa dan menyiapkan langkah antisipasi bila terjadi gangguan satelit misalnya dengan diversifikasi jaringan.
Berbagai langkah mitigasi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan di tempat lain. Aspek kesinambungan penelitian juga harus dipertahankan agar informasi yang diberikan dapat terus diperbaiki dan diperbarui sehingga akhirnya manusia dapat beradaptasi dengan cuaca antariksa.
12/13/13
Sebagian Kecil dari Radar (II)
Dyah Rahayu Martiningrum
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Sebelumnya saya sudah menampilkan gambar-gambar berkaitan dengan teknik radar secara umum. Selanjutnya, sekarang akan saya catat kembali hal-hal mendasar tentang radar. Radar singkatan dari Radio Detecting dan Ranging, adalah suatu peralatan yang prinsip kerjanya membangkitkan gelombang elektromagnetik, kemudian memancarkan gelombang tersebut ke udara/angkasa melalui antena, dan menerima kembali gelombang atau sinyal hamburan dari target yang diamati. Secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.
Mengenai sistem antena harus ada pembahasan khusus. Hanya saja sepanjang pengetahuan saya, secara umum ada perbedaan mendasar antena untuk radar meteorologi dan radar atmosfer. Antena radar atmosfer biasanya menggunakan sudut elevasi yang tinggi dan berbentuk phase array, sementara antena radar meteorologi biasanya menggunakan sudut elevasi yang rendah dan berbentuk parabola.
Berikut adalah beberapa persamaan radar untuk menurunkan parameter luaran radar.
Secara umum data luaran radar atmosfer ada tiga macam, yaitu :
1. Echo power (Reflextivity)
2. Doppler Velocity, yang kemudian diolah lebih lanjut untuk mendapatkan data angin melalui kecepatan radialnya
3. Spectral Width, dalam radar meteorogi akan memberikan informasi tentang turbulensi.
Courtesy : MIT Lincoln Laboratory
Reference : Radar for Meteorological and Atmospheric Observations Book by S. Fukao, et.al.
To be Continued.
Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN
Sebelumnya saya sudah menampilkan gambar-gambar berkaitan dengan teknik radar secara umum. Selanjutnya, sekarang akan saya catat kembali hal-hal mendasar tentang radar. Radar singkatan dari Radio Detecting dan Ranging, adalah suatu peralatan yang prinsip kerjanya membangkitkan gelombang elektromagnetik, kemudian memancarkan gelombang tersebut ke udara/angkasa melalui antena, dan menerima kembali gelombang atau sinyal hamburan dari target yang diamati. Secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.
Mengenai sistem antena harus ada pembahasan khusus. Hanya saja sepanjang pengetahuan saya, secara umum ada perbedaan mendasar antena untuk radar meteorologi dan radar atmosfer. Antena radar atmosfer biasanya menggunakan sudut elevasi yang tinggi dan berbentuk phase array, sementara antena radar meteorologi biasanya menggunakan sudut elevasi yang rendah dan berbentuk parabola.
Berikut adalah beberapa persamaan radar untuk menurunkan parameter luaran radar.
Secara umum data luaran radar atmosfer ada tiga macam, yaitu :
1. Echo power (Reflextivity)
2. Doppler Velocity, yang kemudian diolah lebih lanjut untuk mendapatkan data angin melalui kecepatan radialnya
3. Spectral Width, dalam radar meteorogi akan memberikan informasi tentang turbulensi.
Courtesy : MIT Lincoln Laboratory
Reference : Radar for Meteorological and Atmospheric Observations Book by S. Fukao, et.al.
To be Continued.
Subscribe to:
Posts (Atom)