10/9/14

Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafira

Dyah R Martiningrum

Tidak mudah memulai tulisan ini.....rasa yang bercampur saat mengingat bagaimana awalnya, hingga saat ini saya bisa berada di sini, di salah satu universitas tua di Jepang, Universitas Kyoto. Universitas tertua di Jepang berdiri tahun 1858 (Keio University), sementara Kyoto University berdiri tahun 1897.
Membuka kembali putaran masa yang telah lewat....

Di tengah kesibukan menyiapkan workshop internasional di bulan Maret 2013, ada kabar bahwa RISTEK menawarkan kembali beasiswa untuk sekolah ke luar negeri dengan skema baru. Sebenarnya antara tertarik dan nggak pede karena merasa usia produktif saya untuk belajar sudah lewat. Hanya saja typical saya yang selalu penasaran dan seperti dapat tantangan dengan hal-hal baru, sampai rumah sempat diobrolin sama suami dan beliaunya sebenarnya nggak masalah kalau saya ingin lanjut sekolah. Hanya secara implisit sebenarnya lebih senang kalau saya sekolah di ITB lagi saja yang dekat. Hmmm... masih penasaran, apalagi kebayang serunya kalau bisa punya aktivitas yang berbeda dari rutinitas selama ini sekaligus memberi motivasi ke anak-anak bagaimana memperjuangkan mimpi.
Nggak terlalu lama setelah pulang dari magang riset di Jepang, tiba-tiba muncul ide untuk kontak Prof. dimana saya magang. Sekitar awal desember 2012 (kayaknya tanggal 5), saya coba kontak beliau untuk menanyakan kemungkinan bisa sekolah di sana dan ternyata nggak dijawab saudara-saudara...Ya sudah nggak papa. Mungkin beliaunya sibuk (dan ternyata memang beliaunya sdg disibukkan dgn satu proyek). Kembali ke kesibukan menyiapkan workshop.... sampai benar-benar datanglah tawaran beasiswa itu dan melihat syarat-syaratnya dada rasanya makin berdegup karena ternyata masih ada peluang buat saya mencobanya.
Ingat sekali hari itu, dua hari sesudah acara workshop internasional yang alhamdulillah berjalan lancar (28 Maret 2013), saya sebagai koordinator dapat email dari Prof. di Jepang, ucapan terima kasih kepada panitia karena sudah menyiapkan acara itu....
Sambil baca email, iseng coba kontak seorang Prof yang bertemu dalam suatu acara symposium di Bath, UK tahun sebelumnya, dan coba menyampaikan keinginan untuk sekolah di Bath dan minta beliau sebagai pembimbing. Dan jawabannya sungguh sangat membesarkan hati. "The first thing to do is to make a formal application online. Then if you are offered a place we can send the letter. We may be able to provide you some help with fees - so apply online and put my name as supervisor ..."....(ngelamun dulu ah :-))...
Akhirnya mengurungkan niat daftar ke Bath dengan berbagai pertimbangan saat itu. Dasar rasa penasarannya tingkat tinggi, nyari2 lagi peluang bidang penelitian yang serupa dengan yang saya lakukan, tapi di Australia. Dan lagi-lagi jawabannya di luar dugaan. Tanpa tanya hal-hal detil di luar ketertarikan saya ke apa yang sedang beliau kerjakan, seorang Prof menjawab "Yes, I will be glad to have you as a PhD student in my team here...". Serasa mimpi, secara diri merasa termasuk orang yang sangat tidak pede-an. Makanya yang ini juga disimpan dulu. Karena yang di Inggris prosedurnya online dan memerlukan rekomendasi dari senior, maka saya mencoba kontak peneliti senior di kantor yang menurut saya adalah orang yang pas untuk diminta rekomendasinya. Dan dengan nggak sopannya ternyata secara nggak sengaja saya mengganggu acara liburan keluarga beliau. Maaf ya Pak, semoga Allah membalas segala kebaikan Bapak.
Sekitar 5 April 2013 dapat kabar bahwa RISTEK hanya mengakomodasi tujuan sekolah ke Jerman dan Jepang, makanya hari itu juga coba kontak lagi ke Prof yang di Jepang. Balasan beliau saya terima tanggal 11 April. Ternyata ada sedikit salah paham. Beliau mengira saya ingin ke Jepang lagi untuk magang, makanya beliau pikir nggak usah buru2 toh waktunya bisa fleksibel. Setelah tahu bahwa saya hanya ada sedikit waktu lagi, hari itu beliau seharian komunikasi via email untuk menanyakan beberapa hal dari latar belakang pendidikan, apa yang sedang saya lakukan sekarang, sampai ke apa yang ingin saya lakukan kalau saya sekolah lagi di bawah bimbingannya. Beliau sebenarnya ragu karena latar belakang saya sains sementara beliau lebih banyak di teknik, walaupun akhirnya juga bersinggungan dengan saintifik dari alat yang dikuasai beliau yaitu radar. Masih ingat sekali bagaimana beliau mengingatkan kalau saya akan kesulitan di tesnya nanti karena latar belakang saya. Tapi akhirnya saya bisa yakinkan beliau kalau saya ingin coba dulu. Yes... dua hari sebelum deadline proposal, alhamdulillah akhirnya saya dapat LOA dari Prof. Mamoru Yamamoto dari Laboratorium Radio Sains Atmosfer di RISH, Universitas Kyoto. Perjuangan belum berakhir....
Karena Program RISET Pro 2013 adalah generasi pertama, maka beberapa persiapan administratif juga serba diburu-buru. Dari bulan Mei sampai menjelang tes bulan Agustus, waktu seperti berputar lebih cepat. Calon pembimbing mengirimi beberapa dokumen untuk tes dan persiapan administrasi yang harus saya siapkan, sementara syarat administratif di RISTEK juga harus disiapkan seperti TOEFL dll. Ketika semua syarat sudah terpenuhi ternyata ada kabar dari Prof bahwa TOEFL saya yang insititusi nggak bisa di pakai di Jepang, karena syaratnya harus TOEFL iBT (padahal teman2 di Jepang univ. lain nggak perlu seperti itu). Seumur-umur belum pernah tes TOEFL iBT, maka bisa dibayangkan dalam waktu sebulanan saya harus menyiapkan tes TOEFL iBT yang berbeda sekali dengan tes yang pernah saya ikuti. Udah gitu biayanya juga sama dengan gaji pokok sebulan :(. Tapi sekali sudah diniatkan pantang untuk mundur lagi. Kabar nggak enak lainnya adalah RISTEK belum bisa mengeluarkan dana untuk keperluan saya ikut tes ke universitas, jadi saya harus usahakan sendiri biaya perjalanan saya ke Jepang PP dan akomodasi selama 4 hari berada di sana (4-7 Agustus 2013). Kalau diingat lagi sekarang saya nggak tahu bagaimana saya bisa nekat membiayai semuanya itu dengan uang saya sendiri, yang tentu bagi keluarga saya itu bukan uang yang sedikit. Hanya karena Allah saja melalui seorang teman sehingga saya bisa tes juga di Jepang dan balik lagi ke Indonesia di malam takbir Idul Fitri 1434 H. Juga kehendak Allah sehingga Prof mau meluangkan waktu liburnya untuk menyiapkan tes tertulis maupun tes wawancara secara all out, bahkan sampai harus mengulang2 latihan presentasi sampai waktu saya tepat, tidak melebihi waktu yang disediakan. Terima kasih Prof, saya nggak akan lupa bagaimana loyalitas dan tanggungjawab anda terhadap profesi setelah menyanggupi akan membantu saya menuntut ilmu di sini.


Foto di atas adalah foto bersama beliau-beliau yang menginspirasi dan memberi energi positif bagi saya. Meja seberang saya dari kiri, peneliti senior LIPI Prof. Endang Sukara, Kepala LAPAN Prof. T. Djamaluddin, Ass. Prof. DR. Hashiguchi, Direktur RISH, Kyoto University Prof. T. Tsuda, dan pembimbing saya Prof. M. Yamamoto.
Dan kabar gembira itupun datanglah di hari kedua Idul Fitri. No tes saya ada di sana... alhamdulillah saya akan jadi mahasiswa lagi. Antara senang dan nggak percaya. Hasil yang cepat itu otomatis menjadi hal yang harus serius dipersiapkan dalam keluarga. Bismillah saja, coba menjelaskan ke suami dan anak2 berbagai kemungkinan langkah yang akan diambil. Akhirnya diputuskan saya berangkat dulu untuk melihat situasinya dan waktu yang memungkinkan kami bisa berkumpul kembali nantinya.


Keputusan untuk tidak membawa keluarga sekaligus ternyata memang keputusan yang tepat, karena kendala muncul terkait dana beasiswa. Pertama, ternyata semua biaya yang saya gunakan untuk tes dulu tidak akan pernah diganti (padahal sempat dijanjikan akan diganti). Yah anggap saja bukan rezeki.... Kedua, ternyata Living Allowance tidak kunjung cair sampai hampir dua bulan, sehingga saya sempat merasa sangat kesulitan. Alhamdulillah ada teman yang tanpa diminta menawarkan pertolongan. Mungkin mereka sudah hapal dengan karakteristik dari beasiswa dari dalam negeri. Dan alhamdulillah semakin ke sini urusan ini menjadi jauh lebih baik. Overall saya tetap bersyukur kepada Allah dapat kesempatan ini, karena saya yakin ini adalah jawaban akan doa-doa saya, doa-doa kami. Bukan doa agar bisa sekolah saja, tapi doa agar saya dan suami dapat undangan ke Baitullah dari negeri Sakura ini suatu saat. Semoga ini membuka peluang itu. Dan kami harus berusaha keras untuk mewujudkannya, tanpa melupakan bahwa saya dikirim ke sini untuk menuntut ilmu.



Rasa terima kasih dan penghargaan kepada suami dan anak-anak tercinta. Tanpa pertolongan dan pengertian mereka, bisa apa saya ini. Suami yang dipilihkan Allah mendampingi saya meraih mimpi dan cita-cita untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk keluarga dan orang lain dan anak-anak yang manis dan sangat pengertian dengan keterbatasan ibunya. Semoga Allah membalas semuanya. Semoga Allah menjadikan kita manusia yang pandai bersyukur dengan melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan....
Man Jadda wajadda, Man Shabara Zhafira
Barangsiapa bersungguh-sungguh akan berhasil, barang siapa bersabar akan beruntung....

No comments: