Dyah R Martiningrum
Bidang Iontelkom LAPAN
Saya ingat ketika saya sedang studi S2 tahun 2003, ada gagasan membuat komunitas sains kebumian di regional Asia dan Oceania. Berikut saya ambil dari pendahuluan di website AOGS :
Asia Oceania Geosciences Society (AOGS) was established in 2003 to promote geosciences and its application for the benefit of humanity, specifically in Asia and Oceania and with an overarching approach to global issues.
Asia- Oceania region is particularly vulnerable to natural hazards, accounting for almost 80% human lives lost globally. AOGS is deeply involved in addressing hazard related issues through improving our understanding of the genesis of hazards through scientific, social and technical approaches.
AOGS holds annual conventions providing a unique opportunity of exchanging scientific knowledge and discussion to address important geo-scientific issues among academia, research institution and public.
Recognizing the need of global collaboration, AOGS has developed good co-operation with other international geo-science societies and unions such as the European Geosciences Union (EGU), American Geophysical Union (AGU), International Union of Geodesy and Geophysics (IUGG), Japan Geo-science Union (JpGU), and Science Council of Asia (SCA).
Dari penjelasan itu dapat dilihat bahwa cakupan dan pendekatan ilmu kebumian dalam komunitas ini sangatlah luas dari ilmu dasar, aplikasi, sampai ke pendekatan sosial. Konferensi ini juga menjadi salah satu sarana yang baik untuk interaksi antara negara-negara yang sudah maju dalam ilmu kebumian dengan negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut terlihat dari koneksi yang coba dibuat antara AOGS, EGU, AGU, IUGG, dan JpGu.
Acara dimulai Senin, 28 Juli 2014 s.d. 1 Agustus 2014. Hampir 3000 orang menghadiri konferensi ini. Khusus di sesi saya yaitu Coupling Processes in The Mesosphere-Thermosphere-Ionosphere System, terlihat beberapa peneliti yang sudah tidak asing di bidang ini datang dari Jepang, China, Korea, Amerika, Jerman, Taiwan, India, dll.
Kali ini saya menampilkan poster tentang studi saya mengenai ketidakteraturan lapisan ionosfer kaitannya dengan sintilasi yang merupakan gangguan penerimaan sinyal satelit.
Kami berangkat ke Sapporo Minggu siang. Hari itu Kyoto sedikit mendung bahkan ketika saya naik kereta dari Ohbaku ke Kyoto, hujan turun lumayan deras sehingga sedikit menyejukkan badan yang masih menjalani shaum. Sebagaimana umumnya masyarakat sini yang merasa aneh dengan shaum ramadhan (mereka menganggap kita sedang menyiksa diri), guru saya juga wanti2 via email agar saya menjaga kondisi kesehatan selama perjalanan dan saya sampaikan ke beliau untuk tidak terlalu khawatir karena kami sudah biasa melakukan ini setiap tahun. Saya pikir inilah saatnya saya jelaskan sedikit tentang agama saya, bahwa ramadhan bukan dimaksudkan untuk menyiksa manusia. Terus ada hal lain lagi yang menarik buat beliau yaitu kenapa penentuan berakhirnya ramadhan berbeda-beda?. Dengan sedikit pemahaman yg saya punya, saya coba jelaskan bahwa hal tersebut sebenarnya hanya karena perbedaan kriteria dan sekarang sedang diusahakan oleh pemerintah dan para ahli untuk membuat hal tersebut menjadi tidak berbeda lagi. Tapi dengan sedikit diskusi itu malah menjadikan beliau ikut sibuk mencarikan masjid di Sapporo.
Satu syawal 1435 H ini selain Idul Fitri kedua saya di Jepang, juga karena sebenarnya adalah hari pertama konferensi AOGS. Alhamdulillah gu ru saya mengijinkan saya untuk sholat Ied setelah saya daftar ulang di acara konferensi. Sayang sekali seorang teman yang saya harapkan bisa pergi bareng ternyata harus stand by di tempat acara, jadilah saya harus mencari sendiri keberadaan masjid itu. Allah belum ijinkan saya sholat hari itu karena masjid baru ketemu sesudah jam 11 siang. Sedih rasanya, tapi Allah gantikan dengan bertemunya saya dengan mahasiswa Indonesia yang sedang mengadakan acara gathering idul fitri. Nggak ikutan sholat malah ikut makan-makan. Alhamdulillah mengobati kerinduan suasana hari raya.
Di hari H sesi poster, kembali saya merasa apa yang saya kerjakan sangatlah sederhana dibandingkan apa yang sudah dilakukan oleh peneliti lain di bidang ini (mungkin perasaan saya saja). Tapi guru saya selalu memberi dukungan dan menekankan akan pentingnya sudah berusaha. Bahkan beliau tanpa saya duga ikut berada dekat poster saya dan menjelaskan panjang lebar kepada mereka yang tertarik untuk mampir.
Alhamdulillah sudah diberi kesempatan ikut acara ini, bertemu banyak orang dan berdiskusi dengan mereka. Juga ternyata bisa bertemu dengan senior2 dan teman2 dari ITB sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Semoga saya bisa menjalankan tugas studi ini sebaiknya....
No comments:
Post a Comment